Artikel “Indonesia bergulat dengan kebangkitan stunting di kalangan anak-anak (19 Januari)” menyentuh hati saya dan rekan-rekan saya di Tanoto Foundation, sebuah organisasi filantropi yang aktif dalam mitigasi stunting dan pendidikan anak usia dini (PAUD) di beberapa negara, khususnya Indonesia.
Kami berbagi keprihatinan atas dampak mengganggu yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19, dan bersyukur bahwa The Straits Times menerbitkan artikel ini untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini.
Stunting sebagian besar tidak dapat diubah, jadi pencegahan adalah satu-satunya cara untuk mengatasinya secara efektif. Stunting menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah dan risiko gangguan kemampuan kognitif dan belajar yang lebih tinggi. Itu membuat sulit bagi seseorang untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Terlepas dari pandemi, stunting di Indonesia ditangani secara sistematis, konsisten, dan mendesak.
Urgensi kolektif melalui kemitraan publik-swasta akan sangat penting dalam memerangi stunting, dan kolaborasi telah menghasilkan banyak peluang untuk mengoptimalkan dan meningkatkan skala perjuangan ini.
Tahun lalu, Tanoto Foundation bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengembangkan dan menerapkan Indeks Perkembangan Anak Usia Dini, yang memberi bangsa ini metodologi yang kuat untuk membantu mengarahkan dan mengukur intervensi ECED.
Kami baru-baru ini melatih fasilitator untuk mengenali indikator stunting dan membantu rumah tangga menjadi lebih sadar akan intervensi gizi, psikososial dan antenatal.
Dalam mitigasi stunting, kita harus memainkan permainan panjang namun tetap berpijak pada tantangan sehari-hari yang dihadapi masyarakat. Dalam setiap tantangan yang kita hadapi, ada peluang yang dihadirkan.
Mitigasi stunting membutuhkan upaya bersama, jadi kami menyambut kolaborator yang berpikiran sama untuk bergabung dengan kami dalam memerangi stunting.
Lawrence Teh
Country Head, Tanoto Foundation Singapura